- Stock: Stok Tersedia
- Penulis: Anthony Storr
- Penerbit: Penerbit Baca
- Model: None
Pengiriman Ke DKI JAKARTA Ongkos Kirim Rp 0 Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL) | JOIN |
Deskripsi
Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa Freud adalah seorang pemikir yang genius, orisinal, dan revolusioner. Gagasan-gagasannya tentang pikiran manusia mengubah cara kita memandang diri kita sendiri dan sesama kita. Membaca tentang Freud dan gagasan-gagasannya membuat kita, mau tak mau, menengok ke dalam diri dan menanyakan beberapa pertanyaan mendasar tentang kehidupan dan masa kecil kita.
Tentu saja, tidak semua pemikiran Freud terbukti benar atau mampu bertahan dari sorotan yang tajam dan kritis. Bahkan dalam diri sahabat-sahabat dan murid-muridnya, Freud mendapat pengkritik dan rival yang paling sengit. Cara pandang Freud yang cenderung reduksionis—menganggap manusia telah selesai dalam membangun cetak biru kehidupannya saat dia masih bayi, meyakini bahwa segala usaha pada akhirnya berhulu dan bermuara pada keinginan untuk memuaskan libido infantil, hampir semua karya dan upaya manusia, termasuk agama, sastra, dan seni, tidak lebih dari sekadar sublimasi dari tidak tersalurkannya dorongan mendasar manusia yang disebutnya id, serta bagaimana budaya dan peradaban menyensor dan merepresi hasrat paling dasar manusia—adalah upaya ‘intelektual’ Freud untuk membangun sebuah sistem yang mampu menjelaskan tidak hanya sisi psikologis manusia tetapi keseluruhan keberadaannya. Dengan risiko jatuh pada generalisasi yang terlalu lebar, Freud boleh dikatakan berhasil mendorong tumbuh-suburnya pertanyaan: benarkah manusia memegang kendali atas kehidupan mentalnya?
Bagi para pengikut setianya, Freud adalah semacam nabi. Sebutan ini rasanya tidak melebih-lebihkan terutama bila kita melihat bagaimana Freud sendiri adalah seorang yang punya kepercayaan mutlak pada gagasan-gagasannya sendiri. Dia tidak suka bila gagasannya diserang atau dipertanyakan dan dia akan membelanya mati-matian. Karena keyakinannya yang besar pada gagasan-gagasannya tersebut, dia pun memperoleh cukup banyak pengikut dan sampai kini psikoanalisis yang digagasnya masih dianggap sebagai salah satu hasil pemikiran yang mengubah dunia.