100% ORIGINAL
Tersesat di Jalan Yang Benar: Seribu Hari Mengelola Leuser 2005 sampai 2007
Rp104,000
Rp71,760
Pengiriman Ke DKI JAKARTA Ongkos Kirim Rp 0 Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL) | JOIN |
Deskripsi
Taman Nasional Gunung Leuser bersama-sama dengan Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan laksana penyangga pilar yang mewakili hutan hujan tropis yang tersisa di Pulau Andalas. Ketiganya telah ditetapkan sebagai Tropical Rainforest Heritage of Sumatra pada tahun 2004 oleh UNESCO dan masuk dalam endangered list pada tahun 2011. Pengelolaan kawasan yang sangat luas dan kaya ini menghadapi berbagai tantangan, baik secara internal maupun eksternal. Dalam pengelolaan dengan pendekatan resort-based management (RBM), masyarakat diposisikan sebagai subjek, bukan sebagai objek. Tangkahan merupakan contoh nyata bagaimana masyarakat berperan aktif dalam pengembangan wisata alam dan sekaligus menjaga hutan Leuser.
Tekanan dari luar berupa perubahan penggunaan lahan yang didominasi oleh sawit telah menyebabkan semakin meningkatnya perambahan sebagaimana yang terjadi di Besitang, kawasan hutan tropis dataran rendah terpenting di Sumatera Utara. ltu sebabnya masa depan kelola taman-taman nasional di Indonesta tidak dapat dilepaskan dari seberapa jauh kita mampu membangun kerja sama dengan pemerintah daerah, pakar-praktisi, swasta untuk dapat membuat pilihan-pilihan kebijakan pembangunan yang saling mendukung bagi upaya pelestarian kawasan hutan di sekitarnya dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Semoga buku yang ditulis berdasarkan pengalaman lapangan yang ditinjau dari berbagai sudut pandang ini dapat memberikan manfaat dan menginspirasi publik, khususnya para kepala taman nasional, pemerhati dan pembela lingkungan, mahasiswa di seluruh Indonesia agar tidak mudah menyerah.
Tekanan dari luar berupa perubahan penggunaan lahan yang didominasi oleh sawit telah menyebabkan semakin meningkatnya perambahan sebagaimana yang terjadi di Besitang, kawasan hutan tropis dataran rendah terpenting di Sumatera Utara. ltu sebabnya masa depan kelola taman-taman nasional di Indonesta tidak dapat dilepaskan dari seberapa jauh kita mampu membangun kerja sama dengan pemerintah daerah, pakar-praktisi, swasta untuk dapat membuat pilihan-pilihan kebijakan pembangunan yang saling mendukung bagi upaya pelestarian kawasan hutan di sekitarnya dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Semoga buku yang ditulis berdasarkan pengalaman lapangan yang ditinjau dari berbagai sudut pandang ini dapat memberikan manfaat dan menginspirasi publik, khususnya para kepala taman nasional, pemerhati dan pembela lingkungan, mahasiswa di seluruh Indonesia agar tidak mudah menyerah.