- Stock: Stok Tersedia
- Penulis: Salim A. Fillah
- Penerbit: Pro-U Media
- Model: 9786237490067
Pengiriman Ke DKI JAKARTA Ongkos Kirim Rp 0 Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL) | JOIN |
Deskripsi
Novel sejarah yang dibuka dengan kepergian Sang Pangeran dan pengikutnya dari Puri Tegalrejo ketika Belanda memaksa menerobos tempat tinggal Sang Pangeran di sana.
Kisah lantas membentang ke dalam tiga puluh bab yang ditutup dengan epilog yang "diambil" dari buku harian Basah Katib alias Salim Katib Pasha, salah satu tokoh utama novel.
Kisah berpindah-pindah latar, dari pegunungan, hutan, desa di Jawa lalu ke Batavia, Makkah, Mesir, Istambul. Berpindah dari Puri Tegalrejo, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Goa Selarong, Buitenzorg, hingga Istana Topkapi.
Salah satu hal yang saya suka adalah karakter yang digambarkan begitu kuat dari masing-masing tokoh. Sang Pangeran begitu terasa kharisma, ketegasan juga kelembutan, ketenangan juga amarah yang kadang meletup. Kejenakaan dua abdi setia Sang Pangeran: Banteng Wareng dan Joyo Suroto mewarnai perjalanan pergerilyaan Sang Pangeran di hutan-hutan Bagelen Barat.
Begitu juga duet Legowo-Prasojo yang juga jenaka mengiringi Basah Katib, mantan juru tulis Alemdar Mustafa Pasha, Wazir Agung Turki Utsmani kala itu. Ia datang ke Nusantara bersama anak Sang Wazir: Nuryasmin dan Nurkandam, ditemani Orhan dan Murad. Basah Katib dan tiga nama terakhir inilah para "Janissary Terakhir" yang ikut berjuang bersama Sang Pangeran serta protagonis lain seperti Pangeran Mangkubumi, Pangeran Ngabehi, Raden Basah Gondokusumo, Raden Basah Mertonegoro, dan lainnya.
Tak hanya protagonis, para tokoh antagonis juga terasa kuat penggambaran karakternya. Terasa mengesalkan dan menyebalkan serta amarah kala diceritakan mengenai Joyosentiko alias Sumodipuro alias Danurejo IV, aktor utama kerusakan moral di Keraton yang ditemani Tumenggung Wironegoro.
Saya kira pengisahan sejarah melalui novel adalah alternatif bagi mereka (dan juga saya) yang kadang mengerutkan dahi karena agak sulit memahami peristiwa-peristiwa yang dipaparkan di buku sejarah. Saya pribadi malah belum rampung membaca "Takdir"-nya Peter Carey karena bahasa yang sangat akademis di buku tersebut.
Semoga novel ini juga menjadi salah satu jalan bagi para pembacanya untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya belajar dari sejarah dan riwayat para pahlawan.
Ah, novel ini pun menjadi pembuka dalam Tetralogi yang disebutkan akan ditulis oleh penulis yang sama. Ada tiga tokoh: Sunan Kalijaga, Sultan Agung Hanyokrokusumo, serta Sultan Suwargi Hamengkubuwono I yang akan ditulis kisahnya dalam novel. Mengapa lalu kisah keempat orang ini yang ditulis? Barangkali faktor ketiga orang ini yang mempunyai porsi yang cukup banyak diceritakan dalam Babad Dipanagara yang ditulis sendiri oleh Sang Pangeran.
Maktub.
Semoga diberkahi dan diberi kekuatan.
Maktub, mungkin memang sudah termaktub bahwa beliaulah yang mesti menuliskan kembali kisah keempat orang tersebut.