Pelajaran Berlali

Pelajaran Berlari membawa kita pada makna sajak yang asali: catatan tentang kehidupan lewat kata-kata yang sederhana namun terpilih, berirama, dan tak jarang membawa kita pada multi-tafsir dan multi-imaji atas sepotong sajak. Penyair menggali tema sajak-sajaknya dari kehidupan sehari-hari yang akrab dengan dirinya: kantor, keluarga, sahabat, perjalanan ke negeri orang, dan gairah cinta.

“Menulis sajak bagi saya adalah cara belajar menjadi manusia yang apa adanya. Sajak mengajari saya mencintai hal-hal sepele namun sanggup menggetarkan dada dan mengusik
nurani,” kata sang penyair. Dia bercerita seperti halnya seorang kawan bercerita.

Penyair ini mencatat berbagai segi kehidupan dengan rajin dan teliti. Dengan empati dia mengajak pembaca bersama merenungkannya: perpustakaan, lift, seisi rumahnya, cuaca, perjalanan dekat dan jauhnya. Kosa-kata puisinya bersahaja, tidak menyimpan rahasia. Didik Siswantono akrab dengan manusia dan Penciptanya.”
-Taufiq Ismail, Penyair

“Membaca buku ini saya tidak merasa sedang belajar atau diajari bagaimana caranya berlari, melainkan diajak berlari bahagia sembari mengamati, merenungi, dan mensyukuri kehidupan yang terbentang di sepanjang lintasan larinya yang puitis.” -Agus R. Sarjono, Penyair, Pemred Jurnal Kritik

“Kumpulan puisi ini menarik, karena sebagian merupakan puisi kamar yang dapat dibaca di mana saja dan kapan saja. Bahkan bisa dinikmati sambil ngopi pagi atau sebelum beranjak tidur, menarik selimut di persinggahan malam. Didik merangkum ilusi dan fantasinya, tanpa mengabaikan imajinasi yang akan menjelma menjadi realitas pertama kehidupan.”
-N. Syamsuddin Ch. Haesy, Imagineer dan Penikmat Puisi