- Stock: Stok Tersedia
- Penulis: Eka Budi
- Penerbit: Bukuditeras
- Model: none
Pengiriman Ke DKI JAKARTA Ongkos Kirim Rp 0 Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL) | JOIN |
Deskripsi
Namanya Mbah Juminten atau biasa dipanggil Minten. Mantan kembang desa yang gemar memikat laki-laki. Kini usianya sudah enam puluh lima tahun dengan lima cucu dari dua anak angkat. Beliau tetanggaku, setiap menikah, suaminya pasti mati sebelum melalui malam pertama. Sesepuh desa menjulukinya nenek perawan. Wanita berstatus janda, tapi belum terjamah dosa.
Semasa muda, Mbah Juminten punya wajah khas wanita jawa. Hidungnya bangir, alis tebal dengan bibir merah ranum. Saat senyumnya merekah, deretan gigi putihnya akan terlihat begitu rapi dan bersih. Belum lagi tubuh rampingnya yang tinggi semampai bak model. Dulu saat keluar, puluhan pasang mata lelaki tidak akan mampu berpaling darinya. Tapi dari semua itu, menurutku yang paling menawan adalah matanya. Mbah Juminten tidak perlu melakukan apa pun untuk menunjukkan betapa mempesonanya dia. Hanya perlu memandang, hati lawan bicaranya akan bergetar.
Di balik rahasia awet mudanya yang misterius, banyak desas-desus yang mengatakan kalau Mbah Juminten adalah wanita pencari tumbal. Ia menukar nyawa-nyawa suaminya agar bisa mempertahankan aura kegadisan. Entahlah, aku sendiri tidak tahu kebenarannya. Lagi pula, sudah lama sekali Mbah Juminten tidak berulah. Sosoknya nyaris tidak pernah keluar dari rumah. Hanya sekadar berdiri di balik jendela berpalang besi. Entah berjemur, melihat pagi atau hal lain, aku tidak yakin. Tapi aku merasa tatapan kosongnya tengah mengawasi sesuatu. Mbah Juminten sering mematung lama di bagian jendela yang sama. Dengan rambut berubannya yang tergerai panjang dan daster renda khas noni Belanda. Sosoknya terpaku seperti manekin. Apa sebenarnya yang sedang ia lihat?