100% ORIGINAL
Nalar Publik Ilmu dan Agama
- Stock: Gudang Penerbit
- Penulis: M. Najib Yuliantoro
- Penerbit: UGM Press
- Model: 9786023869343
Rp50,000
Rp34,500
Pengiriman Ke DKI JAKARTA Ongkos Kirim Rp 0 Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL) | JOIN |
Deskripsi
Tujuan utama buku ini adalah untuk mempertahankan pandangan bahwa sekularisasi merupakan salah satu penyebab munculnya 'politisasi' dalam ilmu dan agama, menjadi salah satu faktor utama lahirnya problem ketidakseimbangan relasi ilmu dan agama pada nalar publik masyarakat demokratis. Untuk mengukuhkan pandangan tersebut, buku ini menyuguhkan pemetaan bentuk politisasi dalam ilmu dan agama berdasarkan tiga kasus di Pakistan, Amerika Serikat, dan India, menggunakan dua pendekatan model multidimensional Stenmark, yaitu dimensi sosiologis dan dimensi teleologis-ideologis; menganalisis ilmu dan agama menggunakan perspektif nalar publik John Rawls untuk memberi panduan prosedural tentang bagaimana suatu"relasi politis" masyarakat demokratis konstitusional dapat dicapai secara adil, bebas, dan setara.
Penulis buku ini menunjukkan setidaknya terdapat empat bentuk politisasi ilmu dan agama, yaitu integrasi politis, konflik politis, integrasi sosiologis, dan konflik sosiologis. Temuan ini membuktikan bahwa bentuk konflik dan integrasi dalam ilmu dan agama telah mengalami pergeseran, dari yang sebelumnya—menurut model Barbour dan Haught—berada di level teoretis dan teologis, kini bergeser di level politis dan sosiologis. Adanya konflik dan integrasi di level politis dan sosiologis meniscayakan adanya ketimpangan "relasi politis" pada dua level tersebut.
Berdasarkan perspektif nalar publik Rawls, pada level politis, dianalisis bahwa pada tiga kasus politis di tiga negara tersebut memiliki kadar prosedur berbeda-beda dalam merumuskan sebuah konsepsi keadilan politik, yang sebagian besarnya tidak memenuhi struktur logis nalar publik sebagaimana dirumuskan oleh Rawls. Ini sekaligus bukti bahwa dalam konteks sosiologi eksternal ilmu, tantangan pengembangan ilmu datang begitu kuat dari kuasa negara.11mutelah bergeser menjadi "saintisme-politis", khususnya melalui kuasa negara, ilmu dikooptasi oleh kepentingan instrumental pemahaman tertentu untuk tujuan-tujuan rekayasa sosial.
Penulis buku ini menunjukkan setidaknya terdapat empat bentuk politisasi ilmu dan agama, yaitu integrasi politis, konflik politis, integrasi sosiologis, dan konflik sosiologis. Temuan ini membuktikan bahwa bentuk konflik dan integrasi dalam ilmu dan agama telah mengalami pergeseran, dari yang sebelumnya—menurut model Barbour dan Haught—berada di level teoretis dan teologis, kini bergeser di level politis dan sosiologis. Adanya konflik dan integrasi di level politis dan sosiologis meniscayakan adanya ketimpangan "relasi politis" pada dua level tersebut.
Berdasarkan perspektif nalar publik Rawls, pada level politis, dianalisis bahwa pada tiga kasus politis di tiga negara tersebut memiliki kadar prosedur berbeda-beda dalam merumuskan sebuah konsepsi keadilan politik, yang sebagian besarnya tidak memenuhi struktur logis nalar publik sebagaimana dirumuskan oleh Rawls. Ini sekaligus bukti bahwa dalam konteks sosiologi eksternal ilmu, tantangan pengembangan ilmu datang begitu kuat dari kuasa negara.11mutelah bergeser menjadi "saintisme-politis", khususnya melalui kuasa negara, ilmu dikooptasi oleh kepentingan instrumental pemahaman tertentu untuk tujuan-tujuan rekayasa sosial.
Ulasan
Tags: M. Najib Yuliantoro,
BK10