Menu
Your Cart

Muslihat, Politik, & Rencana Ekonomi Berjuang (Edisi Refresh)

Muslihat, Politik, & Rencana Ekonomi Berjuang (Edisi Refresh)
Muslihat, Politik, & Rencana Ekonomi Berjuang (Edisi Refresh)
100% ORIGINAL
Muslihat, Politik, & Rencana Ekonomi Berjuang (Edisi Refresh)
Muslihat, Politik, & Rencana Ekonomi Berjuang (Edisi Refresh)
Muslihat, Politik, & Rencana Ekonomi Berjuang (Edisi Refresh)
  • Stock: Gudang Penerbit
  • Penulis: Tan Malaka
  • Penerbit: Narasi
  • Model: 9789791685481
  • MPN: NAG180611
Rp45,000
Rp33,750
Hemat Rp11,250 (25%)
Pengiriman Ke DKI JAKARTA
Ongkos Kirim Rp 0
Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL)
JOIN

Deskripsi

Di suatu malam pada sebuah pertemuan Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan K.H. Agus Salim -- Tan Malaka yang hadir tanpa diundang kemudian berkata lantang:


"Kepada kalian para sahabat, tahukah kalian kenapa aku tidak tertarik pada kemerdekaan yang kalian ciptakan. Aku merasa bahwa kemerdekaan itu tidak kalian rancang untuk kemaslahatan bersama. Kemerdekaan kalian atur oleh segelintir manusia, tidak menciptakan revolusi besar. Hari ini aku datang kepadamu, wahai Soekarno sahabatku... Harus aku katakan bahwa kita belum merdeka, karena merdeka haruslah 100 persen...."

***

Cita-cita Tan Malaka agar Indonesia merdeka 100% juga pernah dirumuskan dalam sebuah brosur politik- ekonomi berjudul Politik yang ditulis di tengah suasana peperangan besar Surabaya 1945. Selain brosur Politik, di tahun yang sama Tan Malaka juga menulis dua brosur lainnya, yaitu Muslihat dan Rencana Berjuang.

Nah, buku yang telah ada di tangan Anda ini merupakan gabungan dari tiga brosur politik-ekonomi Tan Malaka yang saat itu beredar dengan sangat terbatas. Buku ini cukup relevan saat ini dan bisa mengugah kesadaran kita akan arti dari kemerdekaan yang sesungguhnya. Sehingga kita pun patut mempertanyakan, apakah kita saat ini sudah benar-benar merdeka 100%?

***

Tan Malaka lahir di Suliki, Sumatra Barat tahun 1897. Setelah tamat sekolah, ia melanjutkan pendidikannya di Harleem, Belanda pada 1913, Enam tahun kemudian ia kembali ke Indonesia untuk menjadi guru bagi anak-anak kaum buruh perkebunan di Sumatra. Tahun 1921, ia mulai dekat dengan kehidupan politik. Sejak saat itu ia terlibat aktif dalam aksi-aksi mogok maupun perlawanan buruh di beberapa tempat. Akibatnya ia sempat dibuang ke Kupang tahun 1922. Selain itu, ia juga sempat meloloskan diri ke Filipina dan Singapura.

Ulasan

Tulis Ulasan

Silahkan login atau daftar untuk mengulas