100% ORIGINAL
MEMPERDAGANGKAN KEDAULATAN: Free Trade Agreement dan Nasib Bangsa
- Stock: Gudang Penerbit
- Penulis: Martin Khor
- Penerbit: INSISTPress
- Model: 9786028394384
Rp45,000
Rp33,750
Pengiriman Ke DKI JAKARTA Ongkos Kirim Rp 0 Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL) | JOIN |
Deskripsi
Description
“Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sangat aktif melakukan kerjasama ekonomi. Tidak hanya dalam forum ekonomi multilateral seperti WTO, tetapi juga dalam berbagai kerjasama bilateral maupun regional free trade agreement (FTA). Umumnya, alasan pemerintah untuk lebih agresif dalam berbagai FTA karena strategi FTA dianggap akan menjadi terobosan bagi perundingan di forum multilateral yang lamban. Memang, dalam forum multilateral, prinsip-prinsip dan perbedaan tingkat kemajuan pembangunan antar negara anggota masih menjadi faktor penting, sehingga masih sangat dipertimbangkan dan diberi peluang untuk diperjuangkan dan dinegosiasikan oleh masing-masing anggota, sebelum penyusunan kesepakatan. Sedangkan dalam FTA, terutama dalam FTA bilateral, pertimbangan perbedaan-perbedaan tersebut seolah semakin tipis dan menjadi hambatan yang lebih cepat diselesaikan. Tidak heran bila banyak negara, termasuk Indonesia, yang ingin mempercepat liberalisasi ekonomi, akan memilih memperbanyak kesepakatan FTA dibanding mendorong kerjasama multilateral.
“Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sangat aktif melakukan kerjasama ekonomi. Tidak hanya dalam forum ekonomi multilateral seperti WTO, tetapi juga dalam berbagai kerjasama bilateral maupun regional free trade agreement (FTA). Umumnya, alasan pemerintah untuk lebih agresif dalam berbagai FTA karena strategi FTA dianggap akan menjadi terobosan bagi perundingan di forum multilateral yang lamban. Memang, dalam forum multilateral, prinsip-prinsip dan perbedaan tingkat kemajuan pembangunan antar negara anggota masih menjadi faktor penting, sehingga masih sangat dipertimbangkan dan diberi peluang untuk diperjuangkan dan dinegosiasikan oleh masing-masing anggota, sebelum penyusunan kesepakatan. Sedangkan dalam FTA, terutama dalam FTA bilateral, pertimbangan perbedaan-perbedaan tersebut seolah semakin tipis dan menjadi hambatan yang lebih cepat diselesaikan. Tidak heran bila banyak negara, termasuk Indonesia, yang ingin mempercepat liberalisasi ekonomi, akan memilih memperbanyak kesepakatan FTA dibanding mendorong kerjasama multilateral.
Ulasan
Tags: Martin Khor,
ISISTPress,
BK10