100% ORIGINAL
KIKIGAKI: Mendengar & Menulis – Menjembatani Manusia, Alam, dan Budaya Antar Generasi
- Stock: Gudang Penerbit
- Penulis: Matoko Shimagami
- Penerbit: INSISTPress
- Model: 9786020857367
Rp80,000
Rp60,000
Pengiriman Ke DKI JAKARTA Ongkos Kirim Rp 0 Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL) | JOIN |
Deskripsi
Description
KIKIGAKI adalah satu metode pembelajaran bagi generasi muda tentang pengetahuan dan kearifan generasi tua dengan cara menggali dan mendokumentasikan perjalanan hidup seorang narasumber sepuh (meijin) melalui dialog secara tatap muka langsung. Metode ini telah diterapkan secara berhasil dan efektif di SMA-SMA di Jepang sejak tahun 2002 dan di beberapa SMA di Indonesia sejak 2010.***
“Kehidupan dan pekerjaan masa lalu yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan akan menjadi rujukan yang baik untuk mencari pemecahan berbagai persoalan masa kini. Melalui proses kikigaki, generasi muda akan menemukan kembali nilai-nilai yang ada dalam kehidupan tradisional dan budaya lokal. Belajar kehidupan dan pekerjaan dari generasi tua akan menjadi aset yang sangat berharga bagi generasi muda untuk membangun masa depan negerinya, baik di Indonesia dan Jepang maupun di negara-negara lainnya.†Nahoko Yoshino, Direktur Eksekutif Kyouzon-no-Mori Network.
“Dalam kegiatan kikigaki, nilai-nilai synnoetis dan nilai-nilai etis diinternalisasikan kepada siswa melalui proses salin-tulis (transkripsi) rekaman wawancara antara sang siswa dengan sang narasumber (meijin) masing-masing. Melalui proses salin-tulis yang dilakukan berulang-ulang, sang siswa setahap demi setahap mengendapkan apa sesungguhnya yang dimaksud oleh sang narasumber, dan seiring dengan itu pula tumbuh rasa empati yang kuat terhadap sang narasumber.
Untuk konteks Indonesia, kikigaki tidak hanya untuk menjawab krisis regenerasi petani, hilangnya kearifan lokal dan budaya, atau pudarnya adat dan filosofi hidup warga perdesaan. Kikigaki juga dapat digunakan untuk menutup kelemahan sistem pendidikan nasional Indonesia yang hanya mengutamakan pendidikan intelektualitas. Kikigaki adalah pendidikan watak! Sehingga, saya sangat menyarankan agar kikigaki dapat diperluas di Indonesia.†Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Indonesia.
KIKIGAKI adalah satu metode pembelajaran bagi generasi muda tentang pengetahuan dan kearifan generasi tua dengan cara menggali dan mendokumentasikan perjalanan hidup seorang narasumber sepuh (meijin) melalui dialog secara tatap muka langsung. Metode ini telah diterapkan secara berhasil dan efektif di SMA-SMA di Jepang sejak tahun 2002 dan di beberapa SMA di Indonesia sejak 2010.***
“Kehidupan dan pekerjaan masa lalu yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan akan menjadi rujukan yang baik untuk mencari pemecahan berbagai persoalan masa kini. Melalui proses kikigaki, generasi muda akan menemukan kembali nilai-nilai yang ada dalam kehidupan tradisional dan budaya lokal. Belajar kehidupan dan pekerjaan dari generasi tua akan menjadi aset yang sangat berharga bagi generasi muda untuk membangun masa depan negerinya, baik di Indonesia dan Jepang maupun di negara-negara lainnya.†Nahoko Yoshino, Direktur Eksekutif Kyouzon-no-Mori Network.
“Dalam kegiatan kikigaki, nilai-nilai synnoetis dan nilai-nilai etis diinternalisasikan kepada siswa melalui proses salin-tulis (transkripsi) rekaman wawancara antara sang siswa dengan sang narasumber (meijin) masing-masing. Melalui proses salin-tulis yang dilakukan berulang-ulang, sang siswa setahap demi setahap mengendapkan apa sesungguhnya yang dimaksud oleh sang narasumber, dan seiring dengan itu pula tumbuh rasa empati yang kuat terhadap sang narasumber.
Untuk konteks Indonesia, kikigaki tidak hanya untuk menjawab krisis regenerasi petani, hilangnya kearifan lokal dan budaya, atau pudarnya adat dan filosofi hidup warga perdesaan. Kikigaki juga dapat digunakan untuk menutup kelemahan sistem pendidikan nasional Indonesia yang hanya mengutamakan pendidikan intelektualitas. Kikigaki adalah pendidikan watak! Sehingga, saya sangat menyarankan agar kikigaki dapat diperluas di Indonesia.†Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Indonesia.
Ulasan
Tags: Matoko Shimagami,
et,
al.,
ISISTPress,
BK10