100% ORIGINAL
Guru 12 Purnama
- Stock: Gudang Penerbit
- Penulis: Sekolah Guru Indonesia
- Penerbit: Buku Kita
- Model: 9786027807297
- MPN: DAW140013
Rp40,000
Rp30,000
Pengiriman Ke DKI JAKARTA Ongkos Kirim Rp 0 Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL) | JOIN |
Deskripsi
"Bu Guru, cita-cita hanya orang kaya saja yang punyakah?" tanya murid di MIN Lasalimu, Buton. Sebuah tanya polos dari anak-anak Bajo yang mungkin tidak akan terucap dari kebanyakan anak-anak Indonesia. Meninggalkan bangku sekolah dan memilih melaut bersama sang ayah, fenomena biasa bagi anak-anak Bajo. Bangku sekolah dan bercita-cita barang mewah bagi mereka.
Kadang anak-anak Indonesia itu sudah ceria duduk di bangku sekolah. Beranjak ingin pintar meski dengan cara amat tertatih-tatih. Sayang, guru-guru mereka kerap tidak bersabar. Seperti tutur menyentak seorang guru dari murid bernama Syakila di Sambas. "Dia memang susah diajar, Bu. Gara-gara sakit, IQ-nya makin rendah."
Tahukah kita di pelosok Banten ada Juju, murid yang harus menerabas lebatnya hutan berkilo-kilometer demi bisa belajar di sekolah? Seorang diri melalui belantara hingga dia pun menginap dari rumah ke rumah di perkampungan tempat sekolahnya berada. Menumpang hidup dengan orang-orang asing, yang beruntung amat baik menerima kehadiran Juju. Hanya sehari dalam sepekan dia pulang untuk bertemu orangtua dan adik tercinta.
Dengan gigihnya perjuangan anak-anak Indonesia, sayangnya guru-guru mereka ajarkan ketidakjujuran. Danil harus rela hatinya dikoyak-koyak lantaran menerima kenyataan yang harus dihadapi. Rekan-rekan gurunya membetulkan lembaran jawaban Ujian Nasional siswa demi nama harum sekolah hingga pejabat.
Mengisi menit demi menit hingga purnama bergulir selam dua belas hitungan di almanak, anak-anak muda yang bernaung dalam Sekolah Guru Indonesia menghadapi wajah pendidikan sebenarnya di negeri ini. Dalam dua belas purnama, ada suka dan duka; ada manis dan pahit; ada tawa dan tangis. Bersama anak-anak yang untuk bermimpi pun takut; bersama anak-anak yang kadang kadung dianggap bodoh ataupun bandel; bersama guru-guru yang masih simpan idealisme meski tanpa bantuan memadai dari pemerintah. Dan, tentunya, bersama indahnya alam di pelosok Nusantara, yang sayangnya para penghuninya lupa untuk menjaga itu semua.
Kadang anak-anak Indonesia itu sudah ceria duduk di bangku sekolah. Beranjak ingin pintar meski dengan cara amat tertatih-tatih. Sayang, guru-guru mereka kerap tidak bersabar. Seperti tutur menyentak seorang guru dari murid bernama Syakila di Sambas. "Dia memang susah diajar, Bu. Gara-gara sakit, IQ-nya makin rendah."
Tahukah kita di pelosok Banten ada Juju, murid yang harus menerabas lebatnya hutan berkilo-kilometer demi bisa belajar di sekolah? Seorang diri melalui belantara hingga dia pun menginap dari rumah ke rumah di perkampungan tempat sekolahnya berada. Menumpang hidup dengan orang-orang asing, yang beruntung amat baik menerima kehadiran Juju. Hanya sehari dalam sepekan dia pulang untuk bertemu orangtua dan adik tercinta.
Dengan gigihnya perjuangan anak-anak Indonesia, sayangnya guru-guru mereka ajarkan ketidakjujuran. Danil harus rela hatinya dikoyak-koyak lantaran menerima kenyataan yang harus dihadapi. Rekan-rekan gurunya membetulkan lembaran jawaban Ujian Nasional siswa demi nama harum sekolah hingga pejabat.
Mengisi menit demi menit hingga purnama bergulir selam dua belas hitungan di almanak, anak-anak muda yang bernaung dalam Sekolah Guru Indonesia menghadapi wajah pendidikan sebenarnya di negeri ini. Dalam dua belas purnama, ada suka dan duka; ada manis dan pahit; ada tawa dan tangis. Bersama anak-anak yang untuk bermimpi pun takut; bersama anak-anak yang kadang kadung dianggap bodoh ataupun bandel; bersama guru-guru yang masih simpan idealisme meski tanpa bantuan memadai dari pemerintah. Dan, tentunya, bersama indahnya alam di pelosok Nusantara, yang sayangnya para penghuninya lupa untuk menjaga itu semua.
Ulasan
Tags: Sekolah Guru Indonesia,
Dompet Dhuafa,
BK10