Graziano

Ziano menepuk-nepuk pelan pipi Veilla, dengan harapan gadis itu agar lekas sadar. Disentuhnya nadi Veilla, lalu Ziano bernapas lega. 

“Cuma pingsan. CPR berlaku buat orang pingsan ketimpa pintu juga nggak, sih?” monolog Ziano. “Coba gue kasih CPR aja, deh.” 

Baru saja Ziano mengikis jarak ingin memberi napas buatan, Veilla langsung membuka mata. Gadis itu tersenyum miring, melingkarkan tangan di leher Ziano, bibirnya ia majukan. 

“Ngapain lo?” sentak Ziano. 

Veilla mengerutkan kening dengan sudut bibir menurun. “Loh, bukannya Ziano mau cium Veilla? Cari kesempatan dalam kesempitan, ya? Ya udah nih Veilla kasih kelonggaran.” 

“Gila lo, ya!”  

Tentang Graziano Gerald Alexio, kapten basket populer yang terkenal dingin serta kejam dalam menyikapi para gadis yang menyukainya. Di saat semua gadis enggan berurusan dengan Ziano karena takut sakit hati oleh perkataannya, berbeda dengan Veilla Arindy Chelsea. Si gadis keras kepala yang begitu berambisi untuk memenangkan hati Ziano.