100% ORIGINAL
Berpijak di Dunia Retak: Catatan Keluarga Penyintas Tragedi 1965
- Stock: Gudang Penerbit
- Penulis: Basuki Raharjo
- Penerbit: INSISTPress
- Model: 9786028384728
Rp70,000
Rp52,500
Pengiriman Ke DKI JAKARTA Ongkos Kirim Rp 0 Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL) | JOIN |
Deskripsi
Description
Prahara akhir 1965 yang melanda banyak wilayah Indonesia, menjadi begitu mengacaukan bagi pikiran dan suasana batin rakyat, bukan karena yang disebut musuh penghianat adalah orang Indonesia sendiri, terutama karena kebenaran dan keadilan tidak berada pada tatanan yang dipahami orang pada umumnya. Di mata rakyat biasa saat itu, kebenaran dan penentu keadilan berada di tangan orangorang yang berkuasa, dan orang yang berkuasa adalah mereka yang memegang senjata. Saat itu, memikirkan kebenaran dan keadilan menjadi sangat menakutkan.
Catatan keluarga yang berisi kisah nyata ini diharapkan menyajikan salah satu sudut pandang sejarah dari sebuah peristiwa besar yang hingga penderitaan, kemelaratan berkepanjangan dan ketidakadilan bagi ribuan keluarga yang dijadikan korban. Penerbitan buku ini pun diharap turut mengundang pengungkapanpengungkapan kebenaran dalam berbagai bentuk lain yang telah dirintis oleh banyak pihak yang peduli dengan hakhak dasar manusia dan rekonsiliasi bangsa, sehingga tragedi besar pada tahun 1965 makin terang dan menjadi pelajaran berharga bagi bangsa agar tidak terulang di masa depan. ***
“Kebanyakan buku tentang penderitaan keluarga orang yang dianggap terlibat G30S tahun 1965 ditulis dengan kemarahan. Buku ini malah mengalir dengan nuansa ketabahan dan keuletan menempuh ujian sejarah. Dan muaranya adalah pencerahan hidup dan kesyukuran.†Ahmad Tohari, Novelis.
“Peran penting buku ini adalah untuk membuka mata bahwa kita semua tersandera kejahatan kemanusiaan masa lalu yang belum terselesaikan. Stigmasi tidak berhenti pada korban langsung yang sudah uzur, tetapi juga terhadap keluarga termasuk perempuan dan anakanak. Selain pemerintah belum menghapus 30 peraturan yang diskrimitatif terhadap mereka, Negara juga belum memberikan keadilan kepada korban langsung.†Eva Kusuma Sundari, Anggota DPRRI; Anggota Koalisi Perempuan Indonesia.
“Sekilas buku ini sekedar berkisah tentang bagaimana sebuah keluarga menghadapi sukaduka kehidupan seharihari di sebuah dusun di bagian barat Jawa Tengah. Jika kita menyimaknya dengan lebih teliti (termasuk mencermati catatancatatan kaki yang ada), apa yang dikisahkan di dalamnya merupakan gambaran nyata mengenai bagaimana tragedi kemanusiaan tahun 19651966 memiliki dampak yang begitu jauh dan mendalam terhadap anakanak bangsa yang menjadi korban langsung maupun anggota keluarga mereka… Sebuah kisah yang sangat layak untuk di simak bersama.†Baskara T. Wardaya, Sejarawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
“Sering kita menundukkan kepala karena sedih dan mal
Prahara akhir 1965 yang melanda banyak wilayah Indonesia, menjadi begitu mengacaukan bagi pikiran dan suasana batin rakyat, bukan karena yang disebut musuh penghianat adalah orang Indonesia sendiri, terutama karena kebenaran dan keadilan tidak berada pada tatanan yang dipahami orang pada umumnya. Di mata rakyat biasa saat itu, kebenaran dan penentu keadilan berada di tangan orangorang yang berkuasa, dan orang yang berkuasa adalah mereka yang memegang senjata. Saat itu, memikirkan kebenaran dan keadilan menjadi sangat menakutkan.
Catatan keluarga yang berisi kisah nyata ini diharapkan menyajikan salah satu sudut pandang sejarah dari sebuah peristiwa besar yang hingga penderitaan, kemelaratan berkepanjangan dan ketidakadilan bagi ribuan keluarga yang dijadikan korban. Penerbitan buku ini pun diharap turut mengundang pengungkapanpengungkapan kebenaran dalam berbagai bentuk lain yang telah dirintis oleh banyak pihak yang peduli dengan hakhak dasar manusia dan rekonsiliasi bangsa, sehingga tragedi besar pada tahun 1965 makin terang dan menjadi pelajaran berharga bagi bangsa agar tidak terulang di masa depan. ***
“Kebanyakan buku tentang penderitaan keluarga orang yang dianggap terlibat G30S tahun 1965 ditulis dengan kemarahan. Buku ini malah mengalir dengan nuansa ketabahan dan keuletan menempuh ujian sejarah. Dan muaranya adalah pencerahan hidup dan kesyukuran.†Ahmad Tohari, Novelis.
“Peran penting buku ini adalah untuk membuka mata bahwa kita semua tersandera kejahatan kemanusiaan masa lalu yang belum terselesaikan. Stigmasi tidak berhenti pada korban langsung yang sudah uzur, tetapi juga terhadap keluarga termasuk perempuan dan anakanak. Selain pemerintah belum menghapus 30 peraturan yang diskrimitatif terhadap mereka, Negara juga belum memberikan keadilan kepada korban langsung.†Eva Kusuma Sundari, Anggota DPRRI; Anggota Koalisi Perempuan Indonesia.
“Sekilas buku ini sekedar berkisah tentang bagaimana sebuah keluarga menghadapi sukaduka kehidupan seharihari di sebuah dusun di bagian barat Jawa Tengah. Jika kita menyimaknya dengan lebih teliti (termasuk mencermati catatancatatan kaki yang ada), apa yang dikisahkan di dalamnya merupakan gambaran nyata mengenai bagaimana tragedi kemanusiaan tahun 19651966 memiliki dampak yang begitu jauh dan mendalam terhadap anakanak bangsa yang menjadi korban langsung maupun anggota keluarga mereka… Sebuah kisah yang sangat layak untuk di simak bersama.†Baskara T. Wardaya, Sejarawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
“Sering kita menundukkan kepala karena sedih dan mal
Ulasan
Tags: Basuki Raharjo,
ISISTPress,
BK10