100% ORIGINAL
Beragam Bukan Seragam
- Stock: Gudang Penerbit
- Penulis: Yayasan Cahaya Guru
- Penerbit: Literati Book
- Model: 9786028740371
- MPN: 6028740373
Rp84,000
Rp57,960
Pengiriman Ke DKI JAKARTA Ongkos Kirim Rp 0 Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL) | JOIN |
Deskripsi
Saya meyakini bahwa sikap menghargai keragaman seorang guru tidak bisa abu-abu, jadi harus jelas hitam atau putih. Guru sangat bisa menjadi agen perubahan anak didiknya. Buku yang disajikan sederhana, mudah dipahami dan lintas mata pelajaran ini akan membantu para guru untuk membuka wawasan keragaman demi mempertahankan kebangsaan Indonesia.
(Retno Listyarti - Sekjend Federasi Serikat Guru Indonesia)
Negeri ini elok karena negeri ini terdiri dari ribuan pulau yang beragam. Setiap pulau diisi oleh banyak sekali pepohonan dan bebungaan. Disitu juga manusia berkumpul dari berbagai latar belakang, menjalankan profesi yang berbeda, beribadah dengan cara yang tidak sama, berbahasa dalam bahasa yang tak semuanya saling mengerti. Semua itu adalah bagian dari pulau dan negeri yang tak bisa dipisahkan. Semua itu adalah hukum alam. Dalam bahasa lain hukum alam itu adalah keberadaan keragaman atau kemajemukan itu sendiri. Disini keragaman dan kemajemukan itu tak semata terdapat pada manusianya tetapi juga di dalam alam dan bumi dimana manusia itu berdomisili. Saya tak mengerti jika keragaman dan kemajemukan itu diusik, diteror dan ditumbangkan. Perusakan itu melawan hukum alam, dan kalau kita melawan hukum alam maka niscaya kita akan kalah. Mengapa melawan kemajemukan? Mengapa melawan kodrat kehidupan? Jangan biarkan negeri yang elok ini rusak. Biarkan elok tetap jadi elok.
(Todung Mulya Lubis - Praktisi hukum, Ketua Yayasan Yap Thiam Hien)
Masa depan Indonesia harus dirancang secara spesifik multikultural, dalam payung Bhinneka Tunggal Ika. Pendidikan merupakan titik tolak strategis dan paling elegan untuk menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman tentang keragaman dan toleransi. Pedagogi baru akan meminimalkan prasangka akibat ketidaktahuan, kecurigaan dan pandangan stereotip antar kelompok. Buku ini memapar metode bagaimana keragaman disemai di ruang kelas oleh guru dan murid, untuk kemudian ditebar kepada orangtua, komunitas dan masyarakat.
(Maria Hartiningsih - Wartawan Kompas, penerima Yap Thiam Hien Award 2003)
Untuk bisa menghargai perbedaan dan merayakan keragaman itu membutuhkan pemahaman dan pembiasaan. Buku ini memberikan panduan praktis bagaimana menumbuhkan semangat kebangsaan dan menghargai keragaman sebagaimana yg dipesankan oleh pendiri bangsa. Sebuah buku yg sederhana namun pesannya sangat mendasar.
(Komaruddin Hidayat - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN), Syarif Hidayatullah, Jakarta)
Keragaman adalah sebuah keniscayaan atau sunatullah dalam istilah Islam. Manusia bijak pasti dapat menerima keragaman sebagai modal sosial yang sangat berarti. Buku ini sarat dengan pesan bahwa keragaman membuat hidup kita bermakna karena menyadarkan hakikat kita sebagai manusia tidak sempurna. Itulah perlunya hidup bersama dengan tulus, penuh cinta dan respek, bekerjasama membangun masyarakat yang adil, sejahtera, damai dan beradab.
(Musdah Mulia - Ketua Indonesian Conference on Religious and Peace)
(Retno Listyarti - Sekjend Federasi Serikat Guru Indonesia)
Negeri ini elok karena negeri ini terdiri dari ribuan pulau yang beragam. Setiap pulau diisi oleh banyak sekali pepohonan dan bebungaan. Disitu juga manusia berkumpul dari berbagai latar belakang, menjalankan profesi yang berbeda, beribadah dengan cara yang tidak sama, berbahasa dalam bahasa yang tak semuanya saling mengerti. Semua itu adalah bagian dari pulau dan negeri yang tak bisa dipisahkan. Semua itu adalah hukum alam. Dalam bahasa lain hukum alam itu adalah keberadaan keragaman atau kemajemukan itu sendiri. Disini keragaman dan kemajemukan itu tak semata terdapat pada manusianya tetapi juga di dalam alam dan bumi dimana manusia itu berdomisili. Saya tak mengerti jika keragaman dan kemajemukan itu diusik, diteror dan ditumbangkan. Perusakan itu melawan hukum alam, dan kalau kita melawan hukum alam maka niscaya kita akan kalah. Mengapa melawan kemajemukan? Mengapa melawan kodrat kehidupan? Jangan biarkan negeri yang elok ini rusak. Biarkan elok tetap jadi elok.
(Todung Mulya Lubis - Praktisi hukum, Ketua Yayasan Yap Thiam Hien)
Masa depan Indonesia harus dirancang secara spesifik multikultural, dalam payung Bhinneka Tunggal Ika. Pendidikan merupakan titik tolak strategis dan paling elegan untuk menumbuhkan dan mengembangkan pemahaman tentang keragaman dan toleransi. Pedagogi baru akan meminimalkan prasangka akibat ketidaktahuan, kecurigaan dan pandangan stereotip antar kelompok. Buku ini memapar metode bagaimana keragaman disemai di ruang kelas oleh guru dan murid, untuk kemudian ditebar kepada orangtua, komunitas dan masyarakat.
(Maria Hartiningsih - Wartawan Kompas, penerima Yap Thiam Hien Award 2003)
Untuk bisa menghargai perbedaan dan merayakan keragaman itu membutuhkan pemahaman dan pembiasaan. Buku ini memberikan panduan praktis bagaimana menumbuhkan semangat kebangsaan dan menghargai keragaman sebagaimana yg dipesankan oleh pendiri bangsa. Sebuah buku yg sederhana namun pesannya sangat mendasar.
(Komaruddin Hidayat - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN), Syarif Hidayatullah, Jakarta)
Keragaman adalah sebuah keniscayaan atau sunatullah dalam istilah Islam. Manusia bijak pasti dapat menerima keragaman sebagai modal sosial yang sangat berarti. Buku ini sarat dengan pesan bahwa keragaman membuat hidup kita bermakna karena menyadarkan hakikat kita sebagai manusia tidak sempurna. Itulah perlunya hidup bersama dengan tulus, penuh cinta dan respek, bekerjasama membangun masyarakat yang adil, sejahtera, damai dan beradab.
(Musdah Mulia - Ketua Indonesian Conference on Religious and Peace)
Ulasan
Tags: Penerbit Literati,
Yayasan Cahaya Guru,
BK10