100% ORIGINAL
Akulturasi Islam dalam Budaya Jawa: Analisis Semiotik Teks Lokajaya dalam LOr 11 629
- Stock: Gudang Penerbit
- Penulis: Marsono (Author)
- Penerbit: UGM Press
- Model: 9786023864386
Rp145,000
Rp100,050
Pengiriman Ke DKI JAKARTA Ongkos Kirim Rp 0 Khusus member Grobprime (GRATIS TRIAL) | JOIN |
Deskripsi
Teks Lokajaya mengisahkan perjalanan hidup seorang tokoh bernama Lokajaya, Seh Malaya, atau Sunan Kalijaga dalam menuju manusia sempurna. Kisah perjalanan Lokajaya ini melukiskan hubungan horizontal manusia dengan manusia dan hubungan vertikal manusia dengan Tuhannya. Hubungan manusia dengan manusia, khususnya antara murid dan guru, terlihat sewaktu tokoh ini berguru kepada Sunan Bonang. Ia hormat dan taat kepada gurunya. Semua perintah guru ia jalani. Hubungan dengan Tuhannya terlihat dalam episode-episode sewaktu ia menjalani perintah gurunya. Ia disuruh mengambil air zamzam ke Mekkah oleh gurunya. Dalam perjalanan ke Mekkah ia menyimpang masuk samudra. Di situ ia bertemu dengan guru dalam ilmu kebatinan, Nabi Hadir. Ia diberi wejangan tentang ilmu ketuhanan. Akhirnya, ia bisa menemukan identitas dirinya.
Sumber data yang memuat teks Lokajaya sebagai hasil karya sastra klasik sebagian besar berbentuk naskah. Masalah pertama adalah jumlah naskah yang memuat teks Lokajaya, kedudukan masing-masing naskah, versi teks, tempat, dan waktu teks Lokajaya ditulis. Kedudukan naskah yang memuat teks Lokajaya dilihat dari keadaan bacaannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu naskah dengan bacaan baik dan kurang baik. Dilihat dari segi kesakralan, teks ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu naskah Lokajaya sakral dan kurang sakral. Salah satu ciri naskah yang sakral tertulis dengan huruf Arab, sedangkan yang kurang sakral tertulis dengan huruf Jawa. Sesuai dengan isi teks Lokajaya yang memuat amanat ajaran tasawuf, secara kebetulan naskah Lokajaya yang sakral itu sekaligus memuat bacaan yang paling baik. Yang akan dipilih dijadikan dasar penelitian adalah naskah yang bacaannya baik. Setelah salah satu naskah dengan bacaan terbaik Lokajaya terpilih, yang menjadi masalah adalah penyuntingan dan penerjemahan teks itu dalam bahasa Indonesia.
Masalah kedua adalah keadaan struktur teks Lokajaya yang sakral, menyangkut struktur formal dan struktur cerita. Struktur formal meliputi kode sastra dan bahasanya, gaya bahasa, serta varian bahasa yang ada. Struktur cerita meliputi tema, alur, dan penokohan.
Masalah ketiga adalah transformasi teks Lokajaya atas sumber sebelumnya. Sumber sebelumnya meliputi sumber utama, sumber yang lebih tua, dan sumber tambahan. Sumber utama sebelumnya adalah Dewaruci Macapat karya Pujangga Jasadipoera I (1796). Sumber yang lebih tua lagi adalah teks Dewaruci Tembang Gedhe. Sumber tambahan adalah teks suluk dan babad. Teks-teks suluk yang menjadi sumber untuk lebih menambah sifat keislaman ialah Asmarakandhi, Kitab Bonang, Kitab Primbon Jawa Abad Ke-16, Suluk Wijil, dan ajaran “Martabat Tujuhâ€. Teks babad sebagai sumber untuk menambah cerita menjadi lebih “lengkap†ialah Babad Tanah Jawi dan Babad Bayat. Masalah yang muncul adalah proses transformasi dan motivasi pentransformasian teks Lokajaya dari sumber teks Dewaruci Macapat, teks suluk, babad, dan sumber yang lebih tua, Dewaruci Tembang Gedhe. Fungsi masing-masing teks sumber itu ikut membentuk teks Lokajaya.
Masalah keempat adalah amanat-amanat yang termuat dalam teks Lokajaya, beserta makna semiotiknya. Semuanya disajikan secara eksplisit dan implisit.
Sumber data yang memuat teks Lokajaya sebagai hasil karya sastra klasik sebagian besar berbentuk naskah. Masalah pertama adalah jumlah naskah yang memuat teks Lokajaya, kedudukan masing-masing naskah, versi teks, tempat, dan waktu teks Lokajaya ditulis. Kedudukan naskah yang memuat teks Lokajaya dilihat dari keadaan bacaannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu naskah dengan bacaan baik dan kurang baik. Dilihat dari segi kesakralan, teks ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu naskah Lokajaya sakral dan kurang sakral. Salah satu ciri naskah yang sakral tertulis dengan huruf Arab, sedangkan yang kurang sakral tertulis dengan huruf Jawa. Sesuai dengan isi teks Lokajaya yang memuat amanat ajaran tasawuf, secara kebetulan naskah Lokajaya yang sakral itu sekaligus memuat bacaan yang paling baik. Yang akan dipilih dijadikan dasar penelitian adalah naskah yang bacaannya baik. Setelah salah satu naskah dengan bacaan terbaik Lokajaya terpilih, yang menjadi masalah adalah penyuntingan dan penerjemahan teks itu dalam bahasa Indonesia.
Masalah kedua adalah keadaan struktur teks Lokajaya yang sakral, menyangkut struktur formal dan struktur cerita. Struktur formal meliputi kode sastra dan bahasanya, gaya bahasa, serta varian bahasa yang ada. Struktur cerita meliputi tema, alur, dan penokohan.
Masalah ketiga adalah transformasi teks Lokajaya atas sumber sebelumnya. Sumber sebelumnya meliputi sumber utama, sumber yang lebih tua, dan sumber tambahan. Sumber utama sebelumnya adalah Dewaruci Macapat karya Pujangga Jasadipoera I (1796). Sumber yang lebih tua lagi adalah teks Dewaruci Tembang Gedhe. Sumber tambahan adalah teks suluk dan babad. Teks-teks suluk yang menjadi sumber untuk lebih menambah sifat keislaman ialah Asmarakandhi, Kitab Bonang, Kitab Primbon Jawa Abad Ke-16, Suluk Wijil, dan ajaran “Martabat Tujuhâ€. Teks babad sebagai sumber untuk menambah cerita menjadi lebih “lengkap†ialah Babad Tanah Jawi dan Babad Bayat. Masalah yang muncul adalah proses transformasi dan motivasi pentransformasian teks Lokajaya dari sumber teks Dewaruci Macapat, teks suluk, babad, dan sumber yang lebih tua, Dewaruci Tembang Gedhe. Fungsi masing-masing teks sumber itu ikut membentuk teks Lokajaya.
Masalah keempat adalah amanat-amanat yang termuat dalam teks Lokajaya, beserta makna semiotiknya. Semuanya disajikan secara eksplisit dan implisit.